Kamis, 18 Juni 2009

LAHAN BASAH YANG ADA DI PERMUKAAN BUMI

Lahan basah mendapatkan dan kehilangan air dengan berbagai macam cara. Sumber air bisa berasal dari hujan, sungai dan air tanah atau air pasang dari laut. Pasang air laut dapat menyebabkan kawasan lahan basah menjadi payau, sehingga terjadi gradient lapisan air, dengan air tawar berada di bagian atas dari air laut. Lahan basah non pasang surut biasanya menjadi lahan basah air tawar dan memperoleh air umumnya dari sumber-sumber air tawar seperti hujan dan sungai. Namun di beberapa tempat menjadi asin akibat kadar garam tanah yang tinggi dan menjadi lebih terkonsentrasi pada saat air tergenang tidak mendapatkan tambahan masukan air dan tidak ada pengeluaran air dan pada saat yang sama terjadi evavorasi yang tinggi.
Lahan basah melingkupi kawasan strategis yang memisahkan ekosistem daratan dengan ekosistem akuatik. Sehingga lahan basah dapat mencegat air larian dari daratan dan menyaring polusi dan sediment sebelum masuk ke badan air. Berapa atribut lahan basah mempunyai pengaruh potensial terhadap aliran bahan kimia dan sedimen sebelum masuk ke dalam badan air. Hal ini dikarenakan vegetasi lahan basah selain memperlambat aliran air juga dapat memfilter substansi kimia tertentu, sehingga menjadikan sediment tertahan dan bahan-bahan kimia dapat terseleksi, akhirnya sebagian tertahan di kawasan lahan basah. Tingginya tingkat produktivitas mengarah kepada tingginya pengambilan nutrisi, sehingga tanaman yang mati dapat langsung terbenam. Nutrisi yang diambil oleh vegetasi di lahan basah menyebabkan tidak tersedianya nutrisi untuk mendukung blooming algae.
Lahan basah menjadi tempat berkumpul, mencari makan, bertelur, menetas, berkembang biak, dan membesarkan anak-anaknya bagi berbagai macam burung (aves), ikan, reptile bahkan insekta. Beberapa hewan dan tumbuhan hanya dapat hidup di lahan basah, misalnya di rawa pantai. Namun demikian ada organisme yang menggunakan lahan basah hanya sebagai tempat persinggahan, mengungsi dan mencari makan, bukan sebagai habitat utama.
Lahan basah menekan erosi bibir pantai dengan cara memperlambat laju kecepatan air dan mereduksi energy gelombang. Akar dan rhizome vegetatasi lahan basah menstabilisasi substrat. Sementara batang dan daunnya memperlambat arus air. Walapun tidak bervegetasi, kemiringan alami lahan basah menjadi buffer untuk erosi bibir pantai. Energi gelombang dan pasang dipecah sebagai mana air memecah di lahan yang datar.berikut adalah contoh- contoh karakter dari lahan basah tersebut:

a.Sydney Bay, Sydney Australia

Sydney Bay merupakan salah satu contoh teluk. Teluk adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Teluk adalah kebalikan dari tanjung, dan biasanya keduanya dapat ditemukan pada suatu garis pantai yang sama. Sydney Bay merupakan daerah berbatasan dengan air tanah pada tiga sisinya dan dengan posisinya 33051’16,30”S 151012’54,31”E. Hal ini juga biasanya memiliki air tenang.

b.Firth of forth, Edinburgh, UK
Firth of Forth yang terletak di pantai timur tengah Skotlandia ini adalah kompleks estuarine situs, mulai lebih dari 100 km dari Sungai Forth di Stirling timur Edinburgh dan terakhir di sepanjang pantai dari Fife Lothian Timur dan lebar ke mulut muara dan dengan posisinya 55059’53,92”N 3016’40,92”W. Dimana ia mengalir ke Laut Utara antara Fife ke utara, dan West Lothian, Kota Edinburgh, dan East Lothian ke selatan. Berbagai pesisir dan intertidal habitat ini dapat ditemukan di dalam situs ini, termasuk saltmarshes, bukit pasir, sistem grasslands laut, dan rumput rawa, jurang lereng, sirap dan payau lagoons. Di Luar Firth, yang diversifies pantai, dengan pasir pantai, beberapa batu outcrops, remis buatan beberapa tempat tidur dan dinding laut.

c.Kuala Lupak (Tabungaen)



Kawasan kuala merupakan salah satu kawasan yang sangat produktif. Disini tempat mencari makan (feeding ground), tempat perkawinan (breeding ground) bagi berbagai jenis ikan dan bahkan terdapat sarang dari berbagai jenis hewan lainnya. Mereka semuabbergantung kepada kekayaan makanan yang tersedia contohnya Kuala Lupak merupakan salah satu contoh Hutan mangrove di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Indonesia. Hutan mangrove atau mangal adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin dan dengan posisinya yaitu 114°22’40” - 114°29’30” E, 3°27’20” - 3°30’20” S. Hutan mangrove seringkali disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Ekosistem ini merupakan salah satu sumber daya wilayah pesisir yang sangat produktif. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut antara batas air pasang dan surut
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri terpengaruh pasang surut, bersubstrat lumpur, pohon dapat mencapai tinggi 30 m, tumbuh di pantai yang merupakan jalur yang dilewatinya. Jenis-jenis yang tumbuh mulai dari laut ke darat adalah Avicennia, Rhizophora, Sonneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, dan Bruguiera.
Komunitas fauna hutan mangrove membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan/terestial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok fauna perairan/akuatik terdiri atas dua tipe, yaitu yang hidup di kolom air terutama berbagai jenis ikan dan udang, yang menempati substrat baik keras (akar dan batang pohon mangrove) maupun lunak (lumpur) terutama kepiting, kerang, dan berbagai jenis invertebrata lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar